Senin, 26 September 2011

Mimesis

Mimesis pada awalnya berasal dari zaman Yunani kuno, ketika mereka ingin mengkarakterisasikan dasar-dasar alamiah dari lukisan dan pahatan, puisi dan music, tarian dan teater yang pada zaman modern disebut seni. Sebagian dari mereka yang hidup pada zaman itu menyebutnya dengan  istilah mimemata (asal kata : mimema) yang pada akhirnya menghasilkan sebuah karya yang disebut mimesis. Beberapa kata dalam bahasa Yunani kuno sering dihubung-hubungkan dengfan mimesis, diantaranya mimema (imitasi), eikon (image) dan homoioma (mempersamakan) yang menghadirkan suatu pengertian yang lebih luas lagi tentang mimesis. Perbedaan paling mendasar dari teori mimesis terletak di antara mimena dan hal yang nyata/asli. Misalnya sebuah rumah adalah hal yang nyata sedangkan lukisan ataupun pahatan yang menyerupai sebuah rumah adalah sebuah mimena, sesuatu yang seperti rumah tetapi bukan sebuah rumah.      
              Pada saat ini mimesis dikenal dan dihargai sebagai salah satu teori seni yang tertua, hal ini bias dilihat dari peminjaman bentuk, maupun gerakan dari alam yang dijadikan inspirasi dalam karya manusia modern, baik itu dalam bentuk bangunan kuno (misalnya Sphinx di Mesir) dan karya seni tarian yang mengikuti gerak alam, bahkan ilmu bela diri yang mengadaptasi gerakan dari binatang.
              Rudolf Arnhein, berpendapat bahwa bermain dengan peniruan (dalam seni) adalah aspek kehidupan yang menyenangkan, sebuah kondisi yang dapat diterima oleh umum. Dalam perluasannya, ia menetapkan konsep ‘borrowing’ (meminjam) dalam istilah imitasi (peniruan) dalam seni seperti ketika harus meminjam rasa tegang, gejolak hati, dan rasa senenag setelah memenangkan pertarungan, tanpa memperhatikan akibat-akibatnya yang merugikan dan menyakitkan.
            Konsep mimesis melalui imitasi juga menunjukkan adanya ‘borrowing’ (meminjam) dan ‘derivation’ (menjiplak) atau mengambil (sebagian) dari asalnya, bukan seluruhnya. Karena jika hal ini dilakukan, dapat dikategorikan sebagai usaha melakukan copying. Sesuatu yang dianggap ‘inferior’ (merendahkan martabat/derajat) oleh mayoritas gerakan modern estetika murni, sama jeleknya dengan istilah-istilah ‘elektik’dan ‘derivatif’, yang juga dianggap sebagai usaha untuk melarikan diri dari kemampuan melakukan imitasi yang benar.

Mimesis adalah salah satu altennatif dalam perancangan yang menghadirkan kembali rupa awal dengan melakukan perubahan-perubahan sehingga hadirlah sebuah karya yang bcrsifat ganda. Sebuah siluman, sebuah karya yang dapat dikatakan sebagai representasi dari rupa awal, tetapi sekaligus dapat pula dikatakan sebagai sebuah karya original yang benar - benar baru. Pengubahan - pengubahan yang dilakukan bisa berupa penggantian fungsi, pengubahan ukuran, pemindahan posisi dan berbagai teknik pengubahan bentuk arsitektural sehingga melahirkan sebuah karya original yang  tetap memiliki hubungan erat yang tak terpisahkan dengan rupa awal.


      (Dari Materi Kuliah Desain Arsitektur V Oleh : Ir. Sonny Tilaar, Msi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar